Minggu, 27 Januari 2008

Wisata Ziarah di Purworejo

Wisata Ziarah di Purworejo

MENENGOK Kab. Purworejo, bagaikan membaca ulang kisah patriotik penyebaran agama Isalam dan tokoh Islam terkemuka. Tak heran, di kota berusia 1.105 tahun itu, banyak ditemukan lokasi wisata ziarah. Alasannya jelas, banyak makam para pemimpin Islam dan tokoh agama yang dianggap berpengaruh. Sebut saja Makam Mbah Kyai Ahmad Alim Bulus, Habib Abdullah Bafagih, Habib Zein Baraqbah, Kyai Tumenggung Kasan Munadi Samparwadi, Kyai Imam Poera, Eyang Giri Sumantoko, Eyang Zarkasih.
Begitu pula masjid bersejarah dan peninggalan masa lalu yang dibuat sekitar tahun 1600-an, dengan arsitektur kuno elegan dapat ditemukan utuh. Bahkan, pengunjung bisa mendengarkan kisah pendiri masjid itu melalui juru kunci masjid, yang umumnya dijabat turun-temurun. Misalnya Masjid Loano, Masjid Santren Bagelen. Masjid Loano sangat unik, didirikan Sunan Geseng murid Sunan Kalijaga, dibangun sebelum Masjid Demak. Loano dulunya sebuah kerajaan yang jaya di masa Kerajaan Pajajaran hingga Kerajaan Mataram.
Keistimewaannya, selain tiang penyangga masih asli dengan gaya masa lalu, kayu bagian atas menyimpan guratan berbahasa Arab tentang doa dalam salat, Masjid Loano juga pada bagian puncak bangunan masjid ada Mustaka dan kayu petunjuk yang dapat berubah-ubah. Konon, perubahan kayu petunjuk menunjukkan tempat adanya musibah di Indonesia.
Sementara Santren Bagelen, adalah masjid hadiah Sultan Agung kepada Kyai Badlowi, dibangun tahun 1618 dan memiliki arsitektur Jawa dengan atap Tajuk Tumpang Satu. Satu lagi Masjid Agung Kadipaten Darul Muttaqien (Masjid Kauman), dibangun hari Ahad 2 bulan Besar Tahun Alip 1762 Jawa, bertepatan dengan 16 April 1834 Masehi. Dibangun bupati pertama, Raden Corkronegoro I, (menjabat 1831-1856).
Arsitektur Masjid Agung arsitektur Jawa berbentuk Tanjung Lawakan lambang Teplok, bahan tiang utamanya dari jati. Mempunyai cabang lima buah dengan diameter lebih 200 cm dan tingginya puluhan meter. Uniknya, dilengkapi beduk raksasa yang sengaja dibuat Cokronegoro I, untuk memberitahukan warga jadwal salat.
Beduk terbuat dari jati yang tumbuh di Dusun Pendowo, Desa Bragolan, Kec. Purwodadi. Panjang 292 cm, keliling bagian depan 601 cm, keliling belakang 564 cm, diameter depan 194 cm, diameter belakang 180 cm.
Jumlah paku bagian belakang 98 buah, paku depan 120 buah. Kulit yang ditabuh dari kulit banteng. Beduk Pendowo itu dipakai tiap hari Jumat dan hari besar. Hampir tiap pagi selepas Subuh, banyak orang sengaja melihat-lihat bahkan meraba-raba beduk raksasa itu. (Teguh/"PR")***

Tidak ada komentar: